Sabtu, 28 November 2015

SEHAT dengan BUAH TIAP HARI


Salah-satu aktifitas manusia yang tidak dapat ditinggalkan adalah makan dan minum setiap hari. Asupan yang diterima oleh tersebut juga beragam, mulai bahan pangan yang berasal dari daratan maupu lautan. Biasanya dalam sehari kebutuhan makan manusia dibagi menjadi beberapa waktu antara lain, makan pagi/sarapan, selingan pagi, makan siang, selingan siang, dan makan malam. Persentasi porsi setiap kali makan juga berbeda-beda yaitu, sarapan 20%, selingan pagi (I) 10%, makan siang 30%, selingan siang (II) 10%, dan makan malam 30%.

Jumat, 06 November 2015

SAY NO TO KORUPSI !

“Kita Perangi Korupsi !!” mungkin semua sering mendengar kalimat-kalimat slogan seperti ini pada iklan tv, baliho, dan lain-lain. Ya, pada masa sekarang ini di Indonesia, khususnya pihak pemerintah memang lagi gencar-gencarnya membicarakan dan mengusut kasus korupsi yang dilakukan pihak-pihak tertentu sebagai pelaku tindakan kriminal ini. Dan baru-baru ini juga ada beberapa asumsi atau pendapat bahwa tindakan yang dilakukan oleh hukum negara adalah memberi hukuman mati sebagai hukuman terberat koruptor agar memiliki efek jera terhadap korupsi. Hal ini tentunya mengundang pro dan kontra dari masyarakat. Ada yang berpendapat bahwa hukuman ini sangat baik diterapkan agar tidak ada lagi koruptor-koruptor di masa depan, tetapi disisi lain berpendapat hal ini merupakan pelanggaran terhadap HAM dan tidak sesuai dengan hukum di Indonesia. Ditinjau dari segi kejahatannya, saya rasa hukuman mati merupakan hukuman yang benar. Karena, korupsi merupakan tindakan kejahatan dengan cara membunuh orang lain secara tidak langsung. Terutama apabila kasusnya adalah korupsi yang dilakukan pejabat pemerintah yang kita ketahui memakan uang rakyat. Dan pejabat tersebut menggunakan uang rakyat sebagai penimbun kekayaan sendiri, dan berfoya-foya menggunakan uang yang bukan hak miliknya tersebut.

The Power of Jamu

       Hari ini seperti hari biasanya, aku harus bangun pagi-pagi. Pertama aku melaksanakan ibadah sholat subuh bersama anak kedua ku. Dan saat aku berdoa ku selipkan doa untuk anak pertamaku, aku memohon kepada Tuhan “Ya Allah, berikanlah kesembuhan terhadap anakku, berikanlah ia kesehatan lahir maupun bathin Ya Allah”. Ya, anak pertamaku bernama Retno Ayuningrum dan ia mengalami lumpuh pada kakinya. Dan dia hanya bisa berdiam diri dirumah bersama kursi roda. Suamiku pergi meninggalkan aku bersama ke dua putriku. Sementara anak keduaku masih duduk di bangku SMA kelas satu. Namanya Puspita Safika atau biasanya aku memanggil ia Ika. Sepulang sekolah, ia tidak seperti kebanyakan teman-temannya Ika harus bekerja membantu aku dengan bekerja mencari kayu bakar.

PEDANG KARIMAH


Karya: Digna Orwiantari
Nada syahdu yang kau lantunkan mengagungkan asma-Nya
Lisan bagaikan obat penenang kalbu atas firman-Nya
Arah yang kau tuju demi menggapai ridho-Nya
Mengejar kekuatan hakiki yang tidak mudah lenyap oleh masa
Wahai muslimah, lihat di kanan dan kirimu
Lihat di depan dan belakangmu
Lihat di atas dan bawahmu
Berbagai sisi “dia” terus menggodamu
Membujukmu...dan merayumu
Namun, engkau hanya berpanutan pada satu
Satu... iman dalam hatimu
Kekuatan ilmu yang kau tancapkan dengan hikmah
Amarah yang kau bunuh dengan keberanian
Syahwat sang penjahat kau taklukan dengan ‘iffah
Kau seimbangkan dalam keadilan
Wahai muslimah, siapkan pedang karimahmu
Asah dan tajamkan pedang itu
Hadang... busungkan pedangmu
Jangan tunduk pada kemegahan tradisi dan jaman
Jangan patuh pada kefanaan yang membuai
Menangkan dengan akhlaq karimah cerminan kalbu
Cahaya-cahaya pancaran keimanan
Atas nama takwa kepada-Nya

Hidup itu Proses, Mati itu Final

Oleh: Digna Orwiantari

Gadis kelahiran 11 Januari 1985 di Cirebon, Jawa Barat itu bernama Sinta Ridwan. Sinta panggilan akrabnya terlahir dari keluarga sederhana pasangan Bapak Djaja (Almarhum) dan Ibu Hermayanti. Ia telah menyelesaikan S-1 di Bandung, tepatnya ia mengambil jurusan Sastra Inggris STIBA-ABA Yapari. Setelahnya, Sinta meneruskan S-2 jurusan Filologi Universitas Padjajaran yang juga beraa di Bandung. Kini ia sedang menempuh pendidikan S-3 di jurusan dan universitas yang sama yaitu jurusan Filologi Universitas Padjajaran.
Tahun 2005, pada bulan Februari, tak pernah di sangka gadis ini di vonis oleh dokter setelah melewati serangkaian pemeriksaan akhirnya dinyatakan bahwa Sinta menderita penyakit lupus. Ia harus bolak-balik masuk rumah sakit, berburu dokter spesialis, dan mengonsumsi berbagai macam obat kimia. Rasanya hidup gadis ini hanya sampai disini, ia sangat terpukul dengan keadaannya sekarang. Sinar matahari yang dulu menerangi hidupnya, kini berputar 180 derajat. Sakit yang luar biasa kini yang dirasakan Sinta saat bersentuhan dengan sinar matahari. Akibat penyakit ini, uang banyak yang telah dikeluarkan, bahkan habis untuk membeli obat-obatan, sehingga untuk makan sehari-hari pun susah.
Tahun berikutnya pada bulan Mei 2006, Sinta menyadari bahwa obat-obatan kimia tidak banyak membantu penyembuhannya, namun ia mendapatkan obat yang paling mujarab yaitu perasaan bahagia. Ia akhirnya memutuskan untuk tidak lagi mengonsumsi obat-obatan kimia tersebut, dengan obat mujarabnya ia berusaha meyakinkan dirinya dan melupakan penyakitnya sehingga ia mampu beraktivitas layaknya orang normal. Semangat sinta, membuatnya kembali menekuni hobinya, yaitu membuat puisi. Pada tahun 2008 terbitlah kumpulan puisi karya Sinta Ridwan yang diberi judul “Secangkir Bintang”. Tidak hanya itu, dengan semangat ingin berbagi pengalaman hidup kepada oranag lain, ia juga menerbitkan sebuah buku yang berjudul “Berteman dengan Kematian”, karena menurutnya perjalanan hidup adalah proses dan kematian adalah final. Sinta menegaskan untuk tidak takut pada kematian. Kematian itu tidak perlu ditakuti, terimalah dengan senyum kebahagiaan, karena kematian adalah jodoh yang pasti akan datang untuk mendampingi kita untuk melangkah menuju kehidupan yang baru yang merupakan kehidupan kekal yakni di akhirat kelak.
Kelas Aksakun (Aksara Kuno) adalah media kebahagiaan bagi Sinta untuk membantu orang lain dan berbagi pengetahuan. Bermula pada tahun 2009, ia bersama teman-teman seniman yang termasuk penggemar musik indie di Bandung mendirikan kelas Aksakun, serta mengajar dengan aksara kuno yang kaya cerita dan informasi dari masa lalu yang menarik. Ketertarikan dengan aksara kuno karena sesuai dengan bidang ilmu yang ia emban yakni filologi. Menurutnya, banyak informasi di kehidupan masa lalu yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan masa kini, contohnya seperti informasi untuk kepentingan tata ruang, tentang pengobatan tradisional, dan sebagainya.

Sinta prihatin terhadap kondisi naskah-naskah kuno yang telah rusak karena tidak dipelihara dengan baik. Hal ini ia dapatkan setelah menelusuri banyak perpustakaan dan museum di berbagai daerah seperti Jogja, Solo, Bali, Sulawesi hingga Papua. Oleh karena itu, ia ingin mendirikan museum digital tentang aksara kuno agar masyarakat dapat mudah mengaksesnya melalui internet.  Inilah kebahagiaan Sinta, ia telah menemukan caranya melawan penyakit lupus yang membuatnya tidak bersahabat lagi dengan sinar matahari. Gadis penggemar puisi Chairil Anwar ini juga suka menulis puisi. Layaknya judul puisi idolanya tersebut menginspirasi sosok gadis ini, Sinta Ridwan ingin hidup seribu tahun lagi.   

Digna Orwiantari © 2018 *Templates para Você*