assalamu'alaykum....
kali ini digna mau sharing mengenai hasil laporan yang dulu bareng temen temen saat di tingkat persiapan bersama (TPB) melakukan aksi ekologi. Digna bareng sama para anak FPIK atau fakultas perikanan dan ilmu kelautan. Ada Rika dan Lala, mereka ini anaknya seru banget dan baik. Nah lanjut keprogram tadi sebut saja "BCL" bukan artis loh ya...
ada yang tau kepanjangan BCL apa?
Hmm, let i'm telling you.
BCL adalah
sebuah program yang berasal dari kata BINA CINTA LINGKUNGAN. Kegiatan ini wajib bagi mahasiswa IPB saat di tingkat pertama, why? because, untuk melatih mental tani... bukan asal jadi petani loh ntar... kita peka akan kemasyarakatan, lingkungan, pertanian, penyuluhan, dan pastinya menempuh suatu kerja sama atau gotong-royong berbagai pihak.
langsung aja ya kita lihat beberapa poin atau aspek tersebut.
Selasa, 18 April 2017
BCL yang seru
Diposting oleh Digna Orwiantari
A.
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
Bina
Cinta Lingkungan merupakan program yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat IPB di desa-desa sekitar kampus. Pada tanggal
26 April lalu, tepatnya hari Minggu, kami mendatangi desa Balumbang Jaya di
kawasan Babakan Wetan, Dramaga, Kabupaten Bogor. Kami melakukan kegiatan
kebersihan salah-satu jalan di RT.03, antara lain memotong rumput dan
membersihkan sampah-sampah yang ada disekitar pinggir jalan tersebut.Alat-alat
yang digunakan yaitu, sapu lidi, pengki, sabit, gerobak sampah, kantong plastik
hitam, cangkul, mesing pemotong rumput, dan sarung tangan. setiap anggota
kelompok mendapatkan salah-satu dari alat tersebut.
Saat kegiatan sedang berlangsung para
warga sekitar juga turut berpartisipasi dengan memberi suguhan berupa makanan
ringan dan minuman, mereka juga ikut membantu untuk membersihkan jalan bersama
kami. Petugas kebersihan, Ketua RT. 03 dan dosen pembimbing turut membersihkan
jalan serta mendokumentasikan kegiatan bersih-bersih tersebut. Kegiatan ini
berlangsung kira-kira 2,5 jam, dimana kegiatan ini dimulai dari jam 08.00
sampai jam 10.30. Kami berkerjasama, bahu-membahu membersihkan jalanan dan
memindahkan sampah dari sekitar pinggir jalan ke tempah pembuangan sampah
terdekat, terutama rumput-rumput yang telah dipotong dengan bantuan mesin
pemotong rumput oleh petugas kebersihan di RT. 03 itu. Dalam membersihkan
jalannan ini kami terkendala oleh kurangnya alat yang di bagikan kepada kelompok
kami, sehingga proses kegiatan tersebut berlangsung cukup lama.
Setelah jalanan selesai dibersihkan,
kami di antar oleh ketua RT.03 menuju rumah Ketua RW. Disana kami juga di
sambut oleh Ibu Lurah, Ketua RW, Ketua RT 1, 2 dan 3 beserta istri. Sesampainya
dirumah pak RW kami disuguhi makanan tradisional seperti jagung rebus, kacang Bogor,
dan ubi jalar rebus. Kami juga di suguhi minuman tradisional bernama bajigur,
minuman ini terbuat dari air perasan kelapa dengan gula merah. Kamipun melepas
lelah dan beristirahat disana. Sambil beristirahat, kami berkenalan dengan
teman-teman dari kelas Q.01 yang juga bergabung bersama kami dalam kegiatan
Bina Cinta Lingkungan ini. Beberapa menit kemudian Ibu Lurah dan istri para
ketua RT beserta istri ketua RW menyuguhkan makanan kepada kami. Makanan itu
disusun secara prasmanan dengan menu lengkap, yaitu menu yang disuguhkan antara
lain, nasi, sayur asam, tempe goreng, telur balado, sambal goreng teri, sambal
dan lalapan. Kami mengambil makanan dan minuman secukupnya secara bergantian
hingga kami pun kekenyangan.
Saat pukul menunjukkan waktu sholat
dengan penanda adzan berkumandang dari masjid terdekat, kami yang beragama
Islam segera menunaikan sholat dzuhur di masjid terdekat yaitu masjid
Al-Barokah. Bersihnya desa tersebut juga dapat terlihat dari cerminan kerapihan
dan kebersihan tempat ibadah desa ini
yaitu masjidnya. Air untuk wudhu sangat lancar, mukenah dan sajadah yang cukup
bersih telah dipersiapkan bagi para muslim dan muslimah yang akan sholat.
Setelah selesai sholat, kamipun segera
menuju ke rumah pak RW untuk mengikuti arahan kegiatan selanjutnya oleh dosen
pembimbing dan kakak pembina. Dalam perjalanan menuju rumah pak RW kami menemukan
banyak warga sekitar yang berjualan membuka warung-warung kecil yang
menyediakan jajanan dan kebutuhan rumah tangga seperti sembako. Diantara kami
juga ada yang menyempatkan untuk jajan dengan membeli jajanan tradisional
seperti bakso colok dan telur gulung atau biasa disebut sate telur yang
harganya 500-1000 rupiah per buah.
Arahan
selanjutnya dalam kegiatan Bina Cinta Lingkungan ini adalah mewawancarai tokoh
masyarakat di Desa Balumbang Jaya, dan kelompok kami mendapat kesempatan untuk
mewawancarai ketua RT. 03 yang juga telah bersama-sama kami pada saat melakukan
kegiatan kebersihan jalan di sekitar RT. 03 sebelumnya. Kami diberikan dua
lembar kertas yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
keadaan desa yang telah kami kunjungi tersebut. Setelah kami mewawancarai
sumber yaitu pak RT. 03 kami menjadi cukup tahu mengenai kondisi yang ada di
Desa Balumbang Jaya. Sekitar pukul 14.00 WIB siang akhirnya kami bersiap-siap
untuk kembali ke asrama IPB bersama teman-teman Q.01, kakak pembina, dan dosen
pembimbing.
B.
KONDISI DESA YANG DITEMUI
Desa
Balumbang Jaya merupakan salah satu desa yang sejahtera dan cukup aman, karena
menurut sumber yang telah kami wawancari mengatakan tidak ada permasalahan yang
begitu sulit di desa tersebut. Dari sistem keamanannya, terdapat 12 anggota
petugas keamanan yang setiap harinya menjaga desa tersebut secara bergiliran.
Warga desa juga ikut dalam menjaga keamanan, begitu juga para pengurus desa
seperti ketua RT (Rukun Tetangga) dan RW (Rukun Warga), sehingga desa ini
menjadi aman dan hampir tidak ada
permasalahan keamanan yang terjadi.
Kurangnya lahan di Desa Balumbang Jaya
ini juga berakibat pada permasalah sampah. Banyak warga yang membuang sampah di
sepanjang pinggir jalanan, karena tidak adanya tempat pembuangan sampah akhir.
Kalaupun ada tempat pembuangan sampah akhir letaknya terlalu jauh. Walaupun ada
petugas kebersihan yang berkeliling setiap harinya, namun itu tidaklah cukup
untuk mengatasi sampah rumah tangga warga. Oleh karena itu, kebersihan di desa
tersebut juga cukup terjaga karena desa ini memiliki petugas kebersihan. Namun
secara keseluruhan sistem kebersihan warga sudah cukup baik.
Ada pula kegiatan rutin yang mereka
lakukan sebulan sekali, yaitu kerja bakti seluruh warga desa Balumbang Jaya.
Desa ini juga banyak ditemukan mahasiswa maupun mahasiswi yang memiliki tempat
tinggal sementara (kost atau kontarakan) di kawasan tersebut. Interaksi antara
mahasiswa atau mahasiswi dengan para warga dapat dikatakan harmonis, terlihat
ketika adanya kegiatan di desa seperti sholat berjamaah, kerja bakti, dan
pengajian, mereka bersama-sama berpartisipasi secara rutin dan tidak pernah ada
permasalahan.
Hubungan sosial di Desa Balumbung Jaya
memang sudah bagus, biasanya permasalahan dari desa tersebut muncul dari
keadaan lingkungannya, dimana desa ini sudah jarang ditemukan lahan untuk
pertanian. Konon sebagian besar warga desa tersebut bermatapencaharian sebagai
petani, seiring berjalannya waktu, lahan pertanian di desa tersebut telah
beralih fungsi menjadi rumah-rumah yang sekarang menjadi kontrakan dan
kos-kosan. Sehingga warganya perpindah pekerjaanan, yang tadinya menjadi petani
sekarang menjadi pedagang dan pengelola kos-kosan atau rumah kontrakan.
Permasalahan juga muncul
dari segi pertanian, dulu di Desa Balumbang Jaya ada banyak lahan pertanian
begitu juga dengan penggarapnya, namun seiring berjalannya waktu pelakunya
berkurang. Hal ini disebabkan
karena
banyaknya petani yang beralih profesi menjadi buruh, pengelola
kos-kosan dan berdagang karena mereka berpikir bahwa pekerjaan-pekerjaan tersebut menghasilkan lebih banyak uang dan peluang. Sisa penggarap di desa ini tinggal
sedikit dan itu pun karena dibantu mahasiswa fakultas pertanian dari IPB yang
sedang melakukan penelitian di
desa tersebut.
Permasalahan yang juga dihadapi di desa
Balumbung Jaya ini adalah tentang pendidikan. Pendidikan yang dimiliki oleh
warga desa ini rata-rata hanya sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Jika di
akumulasikan dalam satu desa yang melanjutkan untuk kuliah atau ke perguruan
tinggi hanya segelintir orang saja, kira-kira hanya 3 sampai 4 orang. Motivasi
untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sangat kurang di desa ini,
sebagian besar pemuda di desa ini lebih memilih melanjutkan untuk bekerja setelah lulus SMA. Hal ini juga dipicu
oleh kondisi ekonomi warganya yang menengah ke bawah, sehingga warga takut
dengan biaya yang harus di keluarkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
C.
HASIL WAWANCARA
Ketua
RT. 03 yang bernama Acep Adung atau yang biasa di sapa Pak Acep ini telah menempuh pendidikan hingga Sekolah Menengah
Pertama (SMP), sedangkan istrinya menempuh
pendidikan hanya sampai Sekolah Dasar (SD), sementara anak tunggalnya adalah lulusan SMA
juga. Beliau merasa hanya mampu
menyekolahkan anaknya hingga SMA karena keterbatasan biaya, namun apabila
anaknya ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, pak Acep sangat mendukung tetapi
dengan usaha anaknya sendiri. Jadi, yang dimaksud adalah anaknya dapat kuliah
sambil bekerja. Kini ia tidak lagi berniat untuk menyekolahkan anaknya ke
perguruan tinggi karena merasa telah terlambat. Walaupun pada jaman sekarang
cukup mudah untuk melanjutkan ke perguruan tinggi negeri karena telah dibantu
dengan program-program pemerintah mengenai pendidikan. Begitupula banyaknya
bantuan beasiswa bagi para calon mahasiswa maupun yang telah menjadi mahasiswa.
Kesehariannya pak Acep bekerja sebagai pengelola
kos-kosan. Bapak berusia 52 tahun ini dapat memperoleh upah sebesar 1.500.000
rupiah sebagai hasil mengelola kos-kosan tersebut. Dulunya, pak Acep pernah bekerja
sebagai petugas kebersihan di asrama putri Silvasari IPB, namun pak Acep
memutuskan untuk berhenti. Kini ia menjabat sebagai seorang ketua RT di Desa Balumbang Jaya dan beliau selalu mengadakan kerja bakti
sebulan sekali, selain itu beliau juga turut ikut dalam program siskamling (sistem
keamanan lingkungan) bersama dengan petugas hansip
(pertahanan sipil) dalam membantu keamanan warga.
Selama menjadi ketua RT dan pengelola kos-kosan ada
beberapa masalah yang datang tetapi semua itu dapat diatasi oleh beliau.
Adanya keributan atau kebisingan pada beberapa pusat warga dapat dimaklumi
karena beberapa hal yang mungkin menjadi kejadian yang penting bagi warga itu
sendiri, seperti perayaan ulang tahun, kelulusan karena telah di wisuda dan
semacamnya.
Menurut Pak Acep kampus IPB berperan penting untuk warga Desa Balumbang Jaya karena kampus yang berdekatan dengan
desa ini menyerap banyak tenaga kerja dari desa-desa sekitar kampus seperti
Desa Balumbang Jaya, seperti jasa
mencuci pakaian (laundry), kebersihan, keamanan, hingga kemitraan kos-kosan
bagi para insan asrama yang akan beranjak keluar dari asrama sehingga dapat
membantu perekonomian masyarakat desa tersebut. Selain itu dengan adanya
kampus dekat desa menyebabkan warga dapat menjadikan rumah mereka menjadi kos-kosan karena banyaknya mahasiswa dari luar kota
Bogor yang menempuh pendidikan di IPB.
Harapan dan keinginan Pak Acep terhadap
IPB yaitu, agar kerjasama antara pihak IPB
dan masyarakat desa akan terus berlanjut, semoga
kegiatan-kegiatan seperti Bina
Cinta Lingkungan ini selalu terlaksana di
Desa Balumbang Jaya dan semoga tidak hanya bergotong royong dalam membersihkan
desa tetapi juga program pendidikan untuk anak-anak yang putus sekolah.
maaf ya gak ada foto-foto, digna lupa waktu itu fotonya dimana hehe ntar kalau ketemu di share di postingan ini insyaaAllah ... good bye wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakaatuh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar